Minggu, 30 September 2012

Kiat Belajar Efektif


A. Belajar Efektif

1. Pengertian Belajar Efektif.
Belajar efektif adalah cara belajar yang dapat meraih tujuan yang ingin dicapai dari belajar itu sendiri, sesuai dengan kompetensi dasar dari materi yang diajarkan. Misalnya, siswa dapat melakukan operasi perkalian dan mampu menjawab soal gurunya dengan baik dan benar.

2. Persiapan Belajar Efektif.
Agar belajar menjadi efektif ada beberapa hal yang perlu dipersiapkan, yaitu:
1) Tumbuhkan motivasi untuk belajar, dengan pertanyaan berikut: 'mengapa saya harus belajar, untuk apa saya belajar?
2) Buatlah jadwal belajar yang rutin dan teratur, misalnya setiap hari ada tiga kali waktu untuk belajar (siang hari pkl 14.00- 16.00, malam hari pkl 19.00-21.00, dini hari pkl 03.30-05.00).
Dalam menetapkan jadwal pelajaran, ada dua hal yang harus dipertimbangkan yaitu: Sesuaikan jenis pelajaran yang akan dipelajari dengan waktu belajar yang sudah ditetapkan, misalnya: waktu siang untuk mengulang, malam untuk pelajaran eksak Matematika/IPA, dini hari untuk hapalan. Porsi belajar di sekolah dan di rumah harus seimbang, artinya jika pelajaran matematika di sekolah belajar 3 x seminggu, maka di rumah pun harus belajar 3 x seminggu. Jika jadwal belajar sudah dibuat, maka hendaklah dipatuhi dan dilaksanakan. Belajar sedikit-sedikit tapi rutin masih lebih efektif daripada belajar banyak tetapi tidak rutin.
Lakukan prinsip : 6 x @ 2 jam seminggu = 2 jam + 2 jam + 2 jam + 2 jam + 2 jam + 2 jam
Hindarkan prinsip : 2 x @ 6 jam seminggu = 6 jam + 6 jam

3) Siapkan fasilitas belajar, seperti tempat belajar, alat tulis, buku catatan dan latihan, buku pelajaran dan alat bantu belajar.

4) Jaga stamina baik fisik (jasmaniah) maupun psikis (rohaniah) agar tetap kondisi prima dan berdoa.

Kiat Belajar Matematika yang Efektif.
1) Belajar Matematika di Sekolah, dengan mengikuti kaidah SMART, yaitu siapkan pelajaran dengan baik, seperti perlengkapan belajar dan PR; menyimak uraian yang disampaikan oleh guru dengan baik dan konsentrasi.
Aktif bertanya jika ada uraian yang tidak jelas.
Rajin sekolah dan rajin mengerjakan tugas atau latihan yang diberikan. Tulislahlah kembali rangkuman materi dan rumus yang diterangkan oleh guru.

2) Belajar Matematika di Rumah, dengan mengikuti kaidah CERDAS, yaitu: Catat teori, konsep, dan rumus Matematika sebagai rangkuman materi. Efisien dalam mengelola waktu, dan efektif setiap kali belajar. Rajin mengerjakan soal latihan dalam jumlah banyak termasuk PR. Disiplin belajar, teratur, dan konsisten. Aktif bertanya kepada teman yang pandai atau guru mengenai soal latihan yang sulit. Serahkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa segala masalah melalui doa dan bertawakal.

Mengembangkan Sikap Positif Terhadap Belajar
1) Yakin dapat berhasil dalam kegiatan belajar.
2) Belajar menemukan (membuktikan) atau mencari sesuatu yang ditugaskan.
3) Siap menanggung resiko (tidak putus asa) bila belajat tidak berhasil.
4) Jika tidak berhasil tetapi tetap tekun, karena ketekunan merupakan awal keberhasilan.

B. Kiat Mengatasi Kesulitan Belajar

Beberapa langkah cara mengatasi kesulitan belajar, diantaranya:
1. Melakukan diagnosa berdasarkan indikasi kesulitan belajar , seperti nilai dibawah rata-rata kelas, prestasi belum tercapai dan perasaan siswa (tidak konsentrasi).
2. Pahami jenis kesulitan belajar dan sumbernya.
3. Tentukan jenis bimbingan belajar yang tepat.
4. Tetapkan kepada siapa harus berkonsultasi; guru, psikolog, psikiater, atau konselor.
5. Melakukan evaluasi.
6. Lakukan perbaikan untuk meningkatkan prestasi belajar sesuai potensi yang dimiliki.

C. Trik Belajar Efektif

1. Belajar untuk persiapan ulangan.
Pilihlah pelajaran yang lebih urgent/mendesak untuk dipelajari.
Pilihlah hanya pokok bahasan atau sub pokok bahasan dari pelajaran yang belum dikuasai denang baik. Buatlah ringkasan materi dari pokok bahasan yang pelajari, karena lebih praktis dan efisien. Persiapan Mental (mengatasi gugup, kurang teliti, tergesa-gesa perlu diusahakan meliputi tujuan, minat, percaya diri, dan ketekunan dalam belajar).

2. Pada saat ulangan atau ujian.
Periksa seluruh lembar soal dan perhatikan petunjuk pengerjaan pengisian.
Bandingkan jumlah soal dengan alokasi waktu yang diberikan, misalnya naskah 40 soal selama 2 jam (120 menit) artinya 1 soal dikerjakan rata-rata 3 menit (120 : 40). Kerjakan soal yang mudah terlebih dahulu. Pada soal pilihan ganda, jawablah dengan cara smart (singkat dan tepat), untuk soal esai jawablah secara rinci dan jelas. Manfaatkan waktu yang tersisa untuk memeriksa seluruh soal dan jangan terpengaruh oleh peserta lain dalam menjawab soal, lebih baik percaya diri.

Thomas Alva Edison


Thomas Alva Edison dilahirkan di Milan, Ohio pada tanggal 11 Februari 1847. Tahun 1954 orang tuanya pindah ke Port Huron, Michigan. Edison pun tumbuh besar di sana. Sewaktu kecil Edison hanya sempat mengikuti sekolah selama 3 bulan. Gurunya memperingatkan Edison kecil bahwa ia tidak bisa belajar di sekolah sehingga akhirnya Ibunya memutuskan untuk mengajar sendiri Edison di rumah. Kebetulan ibunya berprofesi sebagai guru. Hal ini dilakukan karena ketika di sekolah Edison termasuk murid yang sering tertinggal dan ia dianggap sebagai murid yang tidak berbakat.

Meskipun tidak sekolah, Edison kecil menunjukkan sifat ingin tahu yang mendalam dan selalu ingin mencoba. Sebelum mencapai usia sekolah dia sudah membedah hewan-hewan, bukan untuk menyiksa hewan-hewan tersebut, tetapi murni didorong oleh rasa ingin tahunya yang besar. Pada usia sebelas tahun Edison membangun laboratorium kimia sederhana di ruang bawah tanah rumah ayahnya. Setahun kemudian dia berhasil membuat sebuah telegraf yang meskipun bentuknya primitif tetapi bisa berfungsi.

Tentu saja percobaan-percobaan yang dilakukannya membutuhkan biaya yang lumayan besar. Untuk memenuhi kebutuhannya itu, pada usia dua belas tahun Edison bekerja sebagai penjual koran dan permen di atas kereta api yang beroperasi antara kota Port Huron dan Detroit. Agar waktu senggangnya di kereta api tidak terbuang percuma Edison meminta ijin kepada pihak perusahaan kereta api, “Grand Trunk Railway”, untuk membuat laboratorium kecil di salah satu gerbong kereta api. Di sanalah ia melakukan percobaan dan membaca literatur ketika sedang tidak bertugas.

Tahun 1861 terjadi perang saudara antara negara-negara bagian utara dan selatan. Topik ini menjadi perhatian orang-orang. Thomas Alva Edison melihat peluang ini dan membeli sebuah alat cetak tua seharga 12 dolar, kemudian mencetak sendiri korannya yang diberi nama “Weekly Herald”. Koran ini adalah koran pertama yang dicetak di atas kereta api dan lumayan laku terjual. Oplahnya mencapai 400 sehari.

Pada masa ini Edison hampir kehilangan pendengarannya akibat kecelakaan. Tetapi dia tidak menganggapnya sebagai cacat malah menganggapnya sebagai keuntungan karena ia banyak memiliki waktu untuk berpikir daripada untuk mendengarkan pembicaraan kosong.

Tahun 1868 Edison mendapat pekerjaan sebagai operator telegraf di Boston. Seluruh waktu luangnya dihabiskan untuk melakukan percobaan-percobaan tehnik. Tahun ini pula ia menemukan sistem interkom elektrik.

Thomas Alva Edison mendapat hak paten pertamanya untuk alat electric vote recorder tetapi tidak ada yang tertarik membelinya sehingga ia beralih ke penemuan yang bersifat komersial. Penemuan pertamanya yang bersifat komersial adalah pengembangan stock ticker. Edison menjual penemuaannya ke sebuah perusahaan dan mendapat uang sebesar 40000 dollar. Uang ini digunakan oleh Edison untuk membuka perusahaan dan laboratorium di Menlo Park, New Jersey. Di laboratorium inilah ia menelurkan berbagai penemuan yang kemudian mengubah pola hidup sebagian besar orang-orang di dunia.

Tahun 1877 ia menemukan phonograph. Pada tahun ini pula ia menyibukkan diri dengan masalah yang pada waktu itu menjadi perhatian banyak peneliti: lampu pijar. Edison menyadari betapa pentingnya sumber cahaya semacam itu bagi kehidupan umat manusia. Oleh karena itu Edison mencurahkan seluruh tenaga dan waktunya, serta menghabiskan uang sebanyak 40.000 dollar dalam kurun waktu dua tahun untuk percobaan membuat lampu pijar. Persoalannya ialah bagaimana menemukan bahan yg bisa berpijar ketika dialiri arus listrik tetapi tidak terbakar. Total ada sekitar 6000 bahan yang dicobanya. Melalui usaha keras Edison, akhirnya pada tanggal 21 Oktober 1879 lahirlah lampu pijar listrik pertama yang mampu menyala selama 40 jam.

Masih banyak lagi hasil penemuan Edison yang bermanfaat. Secara keseluruhan Edison telah menghasilkan 1.039 hak paten. Penemuannya yang jarang disebutkan antara lain : telegraf cetak, pulpen elektrik, proses penambangan magnetik, torpedo listrik, karet sintetis, baterai alkaline, pengaduk semen, mikrofon, transmiter telepon karbon dan proyektor gambar bergerak.

Thomas Edison juga berjasa dalam bidang perfilman. Ia menggabungkan film fotografi yang telah dikembangkan George Eastman menjadi industri film yang menghasilkan jutaan dolar seperti saat ini. Dia pun membuat Black Maria, suatu studio film bergerak yang dibangun pada jalur berputar.

Melewati tahun 1920-an kesehatannya kian memburuk dan beliau meninggal dunia pada tanggal 18 Oktober 1931 pada usia 84 tahun.

Jodoh untuk Humaira


Hmm..cerita ini aku tulis berdasarkan kisah nyata,  tapi memang nama dan alur cerita yang berbeda. Karena aku pikir bagus, aku coba tuangkan aja jadi cerpen. Oke, selamat membaca kawan!

Malam terasa semakin larut, rasa dingin semakin menyayat kulit. Tapi malam terasa hangat antara sepasang kekasih ini, Salman dan Humaira. Mereka bisa dibilang pasangan yang hampir mendekati perfect. Kira-kira setahun kemudian mereka meresmikan hubungan dengan ikatan suci pernikahan. Kebanyakan teman-teman kampus mereka yang belum mempunyai pasangan sungguh sangat iri melihat mereka berdua. Salman yang hidupnya sudah mapan, ia juga sudah bekerja dan mempunyai rumah sendiri, dan sekarang akan menyelesaikan S2nya di usianya yang baru saja 26 tahun. Sedangkan Humaira yang berumur 23 tahun akan diwisuda. Salman adalah lelaki yang sungguh tampan, namun tak hanya itu saja, dia rajin dan juga sholeh serta taat dalam beribadah. Tak luput dengan Humaira, gadis cantik berkerudung ini juga pintar dan  rajin. Mereka melewati malam demi malam dengan indah. Keduanya memang saling mencintai.
“Humaira, apa kamu benar bersedia untuk menjadi pendamping hidupku?” Tanya Salman dengan suara lirih bernada rendah. “ yang Humaira rasa saat ini, Humaira bersedia. Namun semua juga bergantung pada takdir yang Kuasa, Humaira percaya bahwa kehendakNya itu adalah yang terbaik, walau suatu saat nanti Humaira tidak bisa mendampingi kak Salman” jawab Humaira lembut penuh makna. Mereka terus bercerita melalui telepon seluler hingga hampir tengah malam. Tak terasa ternyata sudah hampir pukul 12 malam. Salman akhirnya mempersilahkan Humaira untuk istirahat walaupun dalam hati Humaira sebenarnya masih ingin berbagi cerita dengan Salman. Pada akhirnya telepon ditutup dengan diakhiri salam keduanya.
Hari demi hari pun dilalui keduanya. Sampai suatu ketika saat Humaira berjalan di dekat kampus ia tak sengaja menabrak seorang lelaki. “Bruuuuk..” buku bawaan Humaira jatuh berantakan. “heh, kalau jalan tuh liat-liat dong, udah tau ada gue disini tapi masih aja ditabrak” kata lelaki itu ketus. “iya iya..gue juga nggak sengaja kok nabrak lo, maaf yaa” jawab Humaira sambil memberesi buku-bukunya yang berantakan. “maaf maaf, lain kali kalo jalan diperhatiin dong!!” balas lelaki itu ketus, namun tetap membantu Humaira membereskan buku-bukunya. “yaudah, gue masuk kelas dulu” kata Humaira sambil pergi meninggalkan lelaki itu. “ heh nama gue Indra, lo siapaaa..?!!” teriak lelaki itu kepada Humaira yang semakin jauh. “aku Huumaaiiraa…” jawab Humaira sambil teriak.
Saat pulang dari kampus, di depan kampus Humaira sudah tampak senyum Salman menyapa di balik jendela mobil jazz warna putih, menjemput Humaira. Humaira langsung menghampirinya dan ikut pulang diantarkan Salman sampai rumahnya. Hubungan itu mereka jalani dengan bahagia, karena sebentar lagi mereka akan menikah. Mereka terlihat sangat cocok bila disandingkan di atas pelaminan.
Keesokan harinya, di kampus Humaira bertemu kembali dengan Indra, mereka akhirnya ngobrol-ngobrol di taman dekat kampus. Indra adalah sosok laki-laki yang sangat apa adanya, walau ia juga sudah mapan dan cukup tampan, tetapi dandanannya sangat simple. Lebih sering memakai kaos dan celana jeans saja. Tanpa disadari seiring berjalannya waktu, Humaira mulai menyukai temannya tersebut. Tak pernah terpikir sebelumnya dalam benak Humaira kalau ia berani menduakan Salman, keksihnya yang selama ini sangat baik dan perhatian dengannya. Namun siapa yang bisa menolak hadirnya cinta?. Ternyata hanya dengan kesederhanaan yang disuguhkan Indra, mampu mematahkan rasa sayang Humaira terhadap Salman. Sungguh miris memang mendengarnya, jika mengingat bahwa sebentar lagi Humaira akan menikah dengan Salman. Apalagi Humaira tega menduakan Salman yang selama ini sangat baik dan sangat mencintai Humaira. Namun rasa sayang Humaira sudah terhadap Salman sudah terlanjur memudar. Saat ini Humaira sangat mencintai Indra, dan hanya Indra yang bisa membuat hidup Humaira berwarna.
Suatu hari mobil Humaira mogok, dan tak ada satupun orang yang ada di sekitarnya, karena Humaira sedang berada di dekat hutan. Dia mencoba memberitahu Salman dan Indra. Namun sungguh Humaira terkejut melihat balasan sms yang begitu berbeda antara Salman dan Indra. Salman: “iya sayang, tunggu aku panggilkan bengkel ya, aju akan jemput kamu kesitu kalau urusanku ini sudah selesai”. Indra: “apa?!mogok??!!hahaha itu sih derita lo, masak bisa makenya gak bisa benerin, dasar aneh kamu ini..yaudah tunggu bentar aku kesitu dulu”. Humaira tersenyum membaca sms balasan dari Indra. Tak lama kemudian Indra datang dengan motor kesayangannya. “heh, mogok yaa? Hahaha salah sendiri bisa make kok gak bisa benerin. Sini coba gue lihat mesinnya” ledek Indra sambil melihat-lihat mesin mobil Humaira. Humaira hanya melihati Indra yang keningnya sudah dibasahi keringat, dan ia coba mengusap keringat Indra dengan saputangannya. Indra terkejut karena sedang serius membetulkan mesin mobil Humaira yang mogok, hanya tersenyum melihat mata Humaira yang indah itu. Benih cinta keduanya semakin tumbuh subur. “udah kelar ni..coba lo nyalain mesinnya”. Humaira bergegas ke dalam mobil untuk menyalakan mesin mobilnya, dan ternyata bisa hidup. “ Ndra,makasih banyak ya udah mau repot buat benerin mobilku yang mogok, aku gak tau gimana kalo gak ada kamu tadi”. “ alaaah..santai aja sama gue, gue siap bantu kok. Gue balik dulu ya, masih ada kerjaan di rumah” jawab Indra sambil menyalakan mesin. “ Assalamu’alaikum” salam Indra sambil pergi. “ Wa’alaikumussalam” jawab Humaira sambil tersenyum.
Hari demi hari, Humaira semakin yakin bahwa Indra bisa mmembuat hidupnya lebih baik. Saat Humaira pergi ke kampus lupa membawa tugas yang harusnya diberikan dosennya hari itu, Indra hanya bilang “ yaudah bilang aja kalo ketinggalan, mau balik lagi gak sempet, lagian masa sih dosennya gak mau terima, kan tiap orang juga pernah lupa. Apalagi lo kan termasuk mahasiswa idola dosen lo, dia pasti ngertiin”. Hari itu juga Humaira memberanikan dirinya menghadap dosen untuk bilang kalau tugasnya lupa dibawa, dan benar saja apa yang dikatakan Indra, dosennya tidak marah dan memberi kesempatan kepada Humaira untuk mengumpulkan tugas keesokan harinya. Berbeda dengan Salman yang dia bilang akan mengambilkan tugas Humaira di rumah dan mengantarkannya ke kampus Humaira.
Hari itu pun tiba, Humaira yang sudah tak ingin lagi membohongi Salman meminta pendapat kepada sahabatnya yang bernama Rina. “Hah?!! Apaa??!! Serius kamu ra?” Rina sangat terkejut mendengar cerita sahabatnya itu, yang tega membohongi Salman. Rina pun bingung dengan tindakan sahabatnya itu yang menurutnya sudah keterlaluan dan tidak memperdulikan perasaan Salman yang sangat mencintai Humaira. Humaira juga sebenarnya tidak tega ingin memutuskan hubungannya dengan Salman, karena Salman sangat baik kepada Humaira. Akhirnya Humaira mempunyai ide agar seolah-olah Salman yang memutuskan hubungan mereka. Suatu malam, Humaira mengajak dinner dengan Salman. Disana Humaira pun mulai berakting. Humaira rela mengatakan kalau sebenarnya dia sudah tidak perawan lagi, pengakuannya ini ditujukan terhadap Salman agar ia mau memutuskan hubungannya dengan Humaira. Namun dugaannya salah, Salman tetap mau menerima Humaira dengan tulus hati. Tapi Humaira terus menjelek-jelekkan dirinya di hadapan Salman, dan pada akhirnya Salman berkata “Yasudah kalau ini maumu, aku akan melepasmu”. “Aku yakin kamu juga akan mendapatkan wanita yang jauh lebih baik dari aku” sahut Humaira. Humaira pun lega, akhirnya ia tidak perlu lagi membohongi Salman, dan sekarang ia bebas berhubungan dengan Indra.
Indra akhirnya menjalani hubungan dengan Humaira, dengan kesederhanaan yang diberikan Indra, ia mampu membahagiakan Humaira. Humaira menerima apa saja kelebihan dan kekurangn Indra, karena ia sangat mencintai Indra. Walaupun Indra juga orang yang mapan dan cukup kaya, ia tidak malu mengajak Humaira makan di emperan jalan seperti yang biasa ia makan sebelum kenal dengan Humaira. Humaira memang agak sedikit canggung, karena dulu saat ia masih berhubungan dengan Salman, ia selalu makan di rumah makan yang terbilang cukup mewah. Tetapi karena Humaira sangat sayang dengan Indra, begitu juga sebaliknya, makan di pinggir jalan pun rasanya juga sudah enak bagi mereka berdua. Malah terkesan lebih romantis..hehe..
Tak beberapa lama, mereka pun akhirnya membahas tentang pernikahan. Selang sekitar 3 bulan kemudian, mereka pun akhirnya menikah. Teman-teman Humaira sebenarnya tidak menyangka bahwa ia akan menikah dengan Indra, bukan Salman. Padahal dulu mereka berdua juga hampir saja menikah. Mereka pun akhirnya bahagia, kehidupan mereka lengkap sudah dengan kehadiran 2 orang anak,  laki-laki dan perempuan yang diberi nama Husein dan Zahra.

Sejenak mari merenung dari kisah di atas. Bahwa kesempurnaan bukanlah segala-galanya. Bahkan, sejatinya kesederhanaanlah yang merupakan sebuah kesempurnaan hidup. Bukan begitu? :D

Matematika, Musik, dan Otak


Berdasarkan pengamatan pada sejumlah anak, para peneliti dari Universitas California menyimpulkan bahwa belajar musik pada usia dini dapat meningkatkan kecerdasan (baca: kemampuan bernalar dan berpikir) dalam jangka panjang. Hasil penelitian ini begitu menarik perhatian sehingga buku The Mozart Effect karangan Don Campbell (1997), majalah Intisari (Februari 1997), harian London Sunday Times (Oktober 1997), dan terakhir majalah D & R (No. 12/XXIX/8, November 1997) merasa tergugah untuk menginformasikan kepada masyarakat.

Hasil penelitian tersebut memang pantas untuk disimak, walaupun seperti dikemukakan oleh musisi Suka Hardjana kepada majalah D & R bahwa hal itu sebenarnya sudah lama diketahui orang. Melalui tulisan ini, izikanlah saya untuk menyampaikan pandangan saya mengenai hasil penelitian tersebut dan mengaitkannya dengan peranan matematika dalam meningkatkan kecerdasan seseorang.

Hal pertama yang menarik untuk dicatat adalah bahwa hasil penelitian tersebut diperoleh secara objektif oleh Gordon Shaw dkk yang notabene adalah fisikawan, bukan oleh para musisi. Bila seorang musisi yang menyatakan bahwa musik itu perlu dipelajari karena bisa meningkatkan kecerdasan, orang mungkin tidak akan percaya begitu saja, karena pernyataan tersebut dapat dinilai subjektif. 

Demikian pula halnya bila seorang matematikawan mengatakan bahwa matematika itu penting dan karenanya perlu dipelajari, orang mungkin akan bereaksi, "O, ya?" dengan nada tidak percaya. Namun ketika seorang musisi seperti Suka Hardjana menyatakan bahwa seseorang yang bermain musik sesungguhnya sedang bermatematika dan seluruh susunan syaraf otaknya bekerja, Anda baru sadar bahwa matematika (setidaknya melalui musik) melatih otak kita bernalar dan berpikir, dan pada akhirnya dapat meningkatkan kecerdasan. 

Matematika dan musik memang sudah "bersaudara" sejak zaman Yunani Kuno. Pythagoras

Sebagaimana dikemukan oleh Aristoteles (384-322 SM), Pythagoras dan para muridnya mempercayai bahwa alam semesta ini dipenuhi oleh interval musik dan sehubungan dengan itu mereka juga mempercayai bahwa all is number. Bagi mereka, perbandingan dasar dalam musik yang terdiri atas bilangan 1, 2, 3, 4, yang berjumlah 10 (yang merupakan basis sistem bilangan yang kita pakai sekarang), adalah suci, dan musik serta teorinya merupakan salah satu dari empat kategori dalam sains: aritmatika, geometri, musik, dan astronomi. Pada masa Plato (guru Aristoteles), matematika dan musik tidak hanya menjadi kriteria bagi orang cerdas tetapi juga bagi orang terdidik.

Satu hal yang menarik dan penting untuk dicatat mengenai kehidupan Pythagoras dan para muridnya pada zaman itu ialah kehausan mereka untuk mempelajari matematika dan filsafat sebagai basis moral. Pythagoras sendiri diyakini telah mengawinkan kedua kata tersebut: filsafat (love of wisdom) dan matematika (that which is learned). Pythagoras jugalah orangnya yang telah mentransformasikan matematika menjadi suatu bentuk pendidikan yang liberal.

Pada abad pertengahan dan zaman Renaisance, matematika dan musik kembali mendapat tempat yang terhormat di sekolah-sekolah di Eropa. Pada masa itu, aritmatika, geometrika, musik, astronomi, tata bahasa, dialektika (logika), dan retorika merupakan the seven liberal arts. Namun semua itu kini tinggal sejarah, lain dulu lain sekarang.

Musik, walaupun demikian, masih dapat dikatakan bernasib baik bila dibandingkan dengan matematika. Setidaknya orang hampir tidak pernah bertanya, "Apa gunanya musik?" setelah ia mendengarkan Mozart, misalnya. Matematika, sementara itu, lebih sering dianggap sebagai momok, dan orang pun semakin sering bertanya, "Apa gunanya matematika?"

Di negara kita, situasinya lebih parah lagi; di samping apresiasi masyarakat terhadap matematika masih sangat rendah, pengajaran matematika di sekolah pun masih bermasalah. Padahal, pada zaman yang semakin bergantung kepada teknologi menyongsong era globalisasi, bagaimana kita dapat bersaing apabila kita tidak menguasai teknologi? Bagaimana kita dapat menciptakan teknologi sendiri apabila kita tidak cukup menguasai matematika dan sains, yang notabene merupakan cara bernalar dan berpikir serta bahasa untuk memahami alam semesta ini?

Kunci jawaban untuk semua pertanyaan ini jelas ada di sekolah. Suka Hardjana secara tegas mengatakan bahwa kurikulum pendidikan musik di negara kita harus diperbaiki, bahkan bila mungkin diubah total. Menurutnya, pendidikan musik itu bukan hanya belajar bernyanyi. Bila hanya dipakai sebagai hiburan, musik bukannya mempercerdas tetapi malah dapat memperbodoh kita.

 Seiring dengan itu, kurikulum matematika SD, SLTP, dan SLTA, yang selama ini sering dikeluhkan oleh para orang tua murid dan juga guru di lapangan, tentunya perlu pula ditinjau kembali dan dibenahi. Matematika bukan sekedar berhitung secara mekanis dan prosedural (menggunakan otak kiri), tetapi juga bernalar dan berpikir secara kreatif dan inovatif dalam upaya memecahkan berbagai masalah dan membuat segala sesuatu lebih baik (menggunakan otak kanan).

Kurikulum yang terlalu berat ke fungsi otak kiri dan mematikan kreatifitas dan daya inovasi murid, dan karenanya sulit diharapkan dapat meningkatkan kecerdasan mereka. Demi meningkatkan kemampuan berpikir siswa, keseimbangan fungsi otak kiri dan otak kanan perlu mendapat perhatian yang serius dalam penyusunan kurikulum matematika (dan juga mata pelajaran lainnya) pada masa yang akan datang. (580-500 SM) seorang filsuf dan matematikawan terkenal pada zaman Yunani Kuno bersama para muridnya menemukan bahwa harmoni dalam musik berkorespondensi dengan perbandingan dua buah bilangan bulat. Bila kita mempunyai dua utas kawat yang diregangkan dengan ketegangan yang sama, maka perbandingan panjang kedua utas kawat tadi mestilah 2: 1 untuk menghasilkan nada keenam (not yang sama pada oktaf berikutnya); 3: 2 untuk nada kelima, dan 4: 3 untuk nada keempat.

Sabtu, 29 September 2012

Perjuangan hidup untuk sebuah sukses, benarkah?

Pada suatu hari yang cerah, ada seorang pemuda yang sedang berjalan-jalan di sekitar taman dekat rumahnya. Ia terus saja berjalan dan suatu kali matanya tertuju pada sebuah kepalan kepompong menempel pada dahan tanaman. Karena rasa penasaran yang membalut hatinya, ia pun akhirnya membawa pulang kepompong itu dan diletakkannya di dalam aquarium bekas di kamarnya. Setiap hari ia terus mengamati kepompong itu. Hingga beberapa waktu kemudian sebuah lubang kecil muncul, ia terus saja mengamati kupu-kupu tersebut selama beberapa jam yang tengah berjuang mengeluarkan tubuhnya melalui lubang kecil itu.

Kupu-kupu itu nampaknya tidak melakukan hal yang berarti, seolah-olah ia tidak beranjak dari fase tersebut. Sang pemuda dengan kebaikannya, mengambil gunting dan membuat robekan kecil pada kepompong itu. Tak lama, kupu-kupu itu mampu keluar dari kepompong dengan mudahnya. Namun tubuhnya bengkak dan kecil, serta sayapnya berkerut. Pemuda itu terus mengamatinya, dan berharap beberapa waktu kemuadian akan terjadi kontraksi, sehingga sayap kupu-kupu itu mekar dan melebar sehingga mampu menopang tubuhnya. Namun kenyataannya tidak seperti yang diharapkan! Bahkan kupu-kupu itu menghabiskan sisa hidupnya merangkak berputar-putar dengan tubuh kecilnya yang bengkak dan sayapnya yang keriput. Ia tidak pernah bisa terbang.

Pemauda tersebut tidak mengerti bahwa sebenarnya proses sulit itu sangat diperlukan seekor kupu-kupu untuk dapat tebang dengan sempurna. Kondisi itu dapat memaksa cairan dari tubuhnya keluar mengalir ke sayapnya sehingga ia map untuk terbang mencapai kebebasan dari kepompong yang membalut tubuhnya. Terbang dan kebebasan hanya akan diperoleh dengan adanya perjuangan. Dengan menghilangkan perjuangan pada kupu-kupu tersebut ia malah kahilangan kemampuannya unutk dapat terbang. 

Sama halnya dengan apa yang kita alami selama hidup. Allah SWT memberi kita cobaan agar kita bisa lebih kuat. Namun apabila kita lari dari cobaan itu, dipastikan kita tidak akan bisa sekuat sebagaimana seharusnya. Berikan kesempatan padi diri kita untuk moncoba, dan jangan pernah untuk menyesal. Seperti kisah kpu-kupu tadi, dibalik sebuah cobaan pasti ada kekuatan agar kita mampu menghadapi hidup ini. Salam kupu-kupu :D !

Arti Sebuah Kesetiaan

Tulisan ini saya dapatkan dari sebuah web. Disaat pertengahan membaca tulisan ini, tidak terasa air mata saya jatuh karena terharu membayangkan kisah nyata tersebut. Sekarang marilah kita coba resapi makna positif di dalam cerita ini. Selamat membaca!

Ini cerita nyata, beliau adalah Bp. Eko Pratomo Suyatno, Direktur Fortis Asset Management yg sangat terkenal di kalangan Pasar Modal dan Investment, beliau juga sangat sukses dlm memajukan industri Reksadana di Indonesia. Apa yg diutarakan beliau adalah sangat benar sekali. Silakan baca dan dihayati.

Dilihat dari usianya beliau sudah tidak muda lagi, usia yg sudah senja bahkan sudah mendekati malam, Pak Suyatno 58 tahun kesehariannya diisi dengan merawat istrinya yang sakit istrinya juga sudah tua.Mereka menikah sudah lebih 32 tahun. Mereka dikarunia 4 orang anak. Disinilah awal cobaan menerpa, setelah istrinya melahirkan anak keempat tiba-tiba kakinya lumpuh dan tidak bisa digerakkan. Itu terjadi selama 2 tahun. Menginjak tahun ke tiga, seluruh tubuhnya menjadi lemah bahkan terasa tidak bertulang, lidahnyapun sudah tidak bisa digerakkan lagi. Setiap hari pak suyatno memandikan, membersihkan kotoran, menyuapi, dan mengangkat istrinya keatas tempat tidur. Sebelum berangkat kerja, dia letakkan istrinya didepan TV supaya istrinya tidak merasa kesepian. Walau istrinya tidak dapat bicara tapi dia selalu melihat istrinya tersenyum. Untunglah tempat usaha pak suyatno tidak begitu jauh dari rumahnya sehingga siang hari dia pulang untuk menyuapi istrinya makan siang. Sorenya dia pulang memandikan istrinya, mengganti pakaian dan selepas waktu maghrib dia temani istrinya nonton televisi sambil menceritakan apa2 saja yg dia alami seharian. Walaupun istrinya hanya bisa memandang tapi tidak bisa menanggapi, Pak Suyatno sudah cukup senang, bahkan dia selalu menggoda istrinya setiap berangkat tidur.

Rutinitas ini dilakukan Pak Suyatno lebih kurang 25 tahun, dengan sabar dia merawat istrinya bahkan sambil membesarkan ke 4 buah hati mereka, sekarang anak2 mereka sudah dewasa, tinggal si bungsu yg masih kuliah. Pada suatu hari, ke empat anak suyatno berkumpul dirumah orang tua mereka sambil menjenguk ibunya. Karena setelah anak mereka menikah, sudah tinggal dengan keluarga masing-masing dan Pak Suyatno memutuskan ibu mereka dia yang merawat, yang dia inginkan hanya satu semua anaknya berhasil. Dengan kalimat yang cukup hati-hati anak yg sulung berkata “Pak kami ingin sekali merawat ibu, semenjak kami kecil melihat bapak merawat ibu, tidak ada sedikitpun keluhan keluar dari bibir bapak, bahkan bapak tidak ijinkan kami menjaga ibu”. Dengan air mata berlinang anak itu melanjutkan kata-kata: “sudah yang keempat kalinya kami mengijinkan bapak menikah lagi, kami rasa ibupun akan mengijinkannya, kapan bapak menikmati masa tua bapak, dengan berkorban seperti ini kami sudah tidak tega melihat bapak. Kami janji kami akan merawat ibu sebaik-baik secara bergantian”.

Pak Suyatno menjawab hal yg sama sekali tidak diduga anak-anaknya: “Anak-anakku… Jikalau perkawinan & hidup di dunia ini hanya untuk nafsu, mungkin bapak akan menikah.. tapi ketahuilah dengan adanya ibu kalian disampingku itu sudah lebih dari cukup, dia telah melahirkan kalian. Sejenak kerongkongannya tersekat, kalian yg selalu kurindukan hadir didunia ini dengan penuh cinta yg tidak satupun dapat dihargai dengan apapun.” “Coba kalian tanya ibumu apakah dia menginginkan keadaannya seperti ini? Kalian menginginkan bapak bahagia, apakah bathin bapak bisa bahagia meninggalkan ibumu dengan keadaanya sekarang, kalian menginginkan bapak yang masih diberi Tuhan kesehatan dirawat oleh orang lain? Bagaimana dengan ibumu yg masih sakit.”

Sejenak meledaklah tangis anak-anak pak suyatno. Merekapun melihat butiran-butiran kecil jatuh dipelupuk mata ibu Suyatno. Dengan pilu ditatapnya mata suami yg sangat dicintainya itu. Sampailah akhirnya Pak Suyatno diundang oleh salah satu stasiun TV swasta untuk menjadi nara sumber dan merekapun mengajukan pertanyaan kepada Suyatno, kenapa mampu bertahan selama 25 tahun merawat Istrinya yang sudah tidak bisa apa-apa. Disaat itulah meledak tangis beliau dengan tamu yang hadir di studio, kebanyakan kaum perempuanpun tidak sanggup menahan haru. Disitulah Pak Suyatno bercerita..” Jika manusia didunia ini mengagungkan sebuah cinta dalam perkawinannya, tetapi tidak mau memberi (memberi waktu, tenaga, pikiran, perhatian) itu adalah kesia-siaan”.
“Saya memilih istri saya menjadi pendamping hidup saya, dan sewaktu dia sehat diapun dengan sabar merawat saya, mencintai saya dengan hati dan bathinnya bukan dengan mata, dan dia memberi saya 4 orang anak yg lucu-lucu. Sekarang dia sakit karena berkorban untuk cinta kita bersama. Dan itu merupakan ujian bagi saya, apakah saya dapat memegang komitmen untuk mencintainya apa adanya. Sehatpun belum tentu saya mencari penggantinya apalagi dia sakit…”

Karena kasih sayang, cinta, dan kesetiaan itu semua saling berkaitan.