Hmm..cerita ini aku tulis berdasarkan kisah nyata, tapi memang nama dan alur cerita yang berbeda. Karena aku pikir bagus, aku coba tuangkan aja jadi cerpen. Oke, selamat membaca kawan!
Malam
terasa semakin larut, rasa dingin semakin menyayat kulit. Tapi malam terasa
hangat antara sepasang kekasih ini, Salman dan Humaira. Mereka bisa dibilang
pasangan yang hampir mendekati perfect. Kira-kira
setahun kemudian mereka meresmikan hubungan dengan ikatan suci pernikahan.
Kebanyakan teman-teman kampus mereka yang belum mempunyai pasangan sungguh
sangat iri melihat mereka berdua. Salman yang hidupnya sudah mapan, ia juga
sudah bekerja dan mempunyai rumah sendiri, dan sekarang akan menyelesaikan
S2nya di usianya yang baru saja 26 tahun. Sedangkan Humaira yang berumur 23
tahun akan diwisuda. Salman adalah lelaki yang sungguh tampan, namun tak hanya
itu saja, dia rajin dan juga sholeh serta taat dalam beribadah. Tak luput
dengan Humaira, gadis cantik berkerudung ini juga pintar dan rajin. Mereka melewati malam demi malam
dengan indah. Keduanya memang saling mencintai.
“Humaira,
apa kamu benar bersedia untuk menjadi pendamping hidupku?” Tanya Salman dengan
suara lirih bernada rendah. “ yang Humaira rasa saat ini, Humaira bersedia.
Namun semua juga bergantung pada takdir yang Kuasa, Humaira percaya bahwa
kehendakNya itu adalah yang terbaik, walau suatu saat nanti Humaira tidak bisa
mendampingi kak Salman” jawab Humaira lembut penuh makna. Mereka terus
bercerita melalui telepon seluler hingga hampir tengah malam. Tak terasa
ternyata sudah hampir pukul 12 malam. Salman akhirnya mempersilahkan Humaira
untuk istirahat walaupun dalam hati Humaira sebenarnya masih ingin berbagi
cerita dengan Salman. Pada akhirnya telepon ditutup dengan diakhiri salam
keduanya.
Hari
demi hari pun dilalui keduanya. Sampai suatu ketika saat Humaira berjalan di
dekat kampus ia tak sengaja menabrak seorang lelaki. “Bruuuuk..” buku bawaan
Humaira jatuh berantakan. “heh, kalau jalan tuh liat-liat dong, udah tau ada gue
disini tapi masih aja ditabrak” kata lelaki itu ketus. “iya iya..gue juga nggak
sengaja kok nabrak lo, maaf yaa” jawab Humaira sambil memberesi buku-bukunya
yang berantakan. “maaf maaf, lain kali kalo jalan diperhatiin dong!!” balas
lelaki itu ketus, namun tetap membantu Humaira membereskan buku-bukunya.
“yaudah, gue masuk kelas dulu” kata Humaira sambil pergi meninggalkan lelaki
itu. “ heh nama gue Indra, lo siapaaa..?!!” teriak lelaki itu kepada Humaira yang
semakin jauh. “aku Huumaaiiraa…” jawab Humaira sambil teriak.
Saat
pulang dari kampus, di depan kampus Humaira sudah tampak senyum Salman menyapa
di balik jendela mobil jazz warna
putih, menjemput Humaira. Humaira langsung menghampirinya dan ikut pulang
diantarkan Salman sampai rumahnya. Hubungan itu mereka jalani dengan bahagia,
karena sebentar lagi mereka akan menikah. Mereka terlihat sangat cocok bila
disandingkan di atas pelaminan.
Keesokan
harinya, di kampus Humaira bertemu kembali dengan Indra, mereka akhirnya
ngobrol-ngobrol di taman dekat kampus. Indra adalah sosok laki-laki yang sangat
apa adanya, walau ia juga sudah mapan dan cukup tampan, tetapi dandanannya
sangat simple. Lebih sering memakai kaos dan celana jeans saja. Tanpa disadari
seiring berjalannya waktu, Humaira mulai menyukai temannya tersebut. Tak pernah
terpikir sebelumnya dalam benak Humaira kalau ia berani menduakan Salman,
keksihnya yang selama ini sangat baik dan perhatian dengannya. Namun siapa yang
bisa menolak hadirnya cinta?. Ternyata hanya dengan kesederhanaan yang
disuguhkan Indra, mampu mematahkan rasa sayang Humaira terhadap Salman. Sungguh
miris memang mendengarnya, jika mengingat bahwa sebentar lagi Humaira akan
menikah dengan Salman. Apalagi Humaira tega menduakan Salman yang selama ini
sangat baik dan sangat mencintai Humaira. Namun rasa sayang Humaira sudah
terhadap Salman sudah terlanjur memudar. Saat ini Humaira sangat mencintai
Indra, dan hanya Indra yang bisa membuat hidup Humaira berwarna.
Suatu
hari mobil Humaira mogok, dan tak ada satupun orang yang ada di sekitarnya,
karena Humaira sedang berada di dekat hutan. Dia mencoba memberitahu Salman dan
Indra. Namun sungguh Humaira terkejut melihat balasan sms yang begitu berbeda
antara Salman dan Indra. Salman: “iya sayang, tunggu aku panggilkan bengkel ya,
aju akan jemput kamu kesitu kalau urusanku ini sudah selesai”. Indra:
“apa?!mogok??!!hahaha itu sih derita lo, masak bisa makenya gak bisa benerin,
dasar aneh kamu ini..yaudah tunggu bentar aku kesitu dulu”. Humaira tersenyum
membaca sms balasan dari Indra. Tak lama kemudian Indra datang dengan motor kesayangannya.
“heh, mogok yaa? Hahaha salah sendiri bisa make kok gak bisa benerin. Sini coba
gue lihat mesinnya” ledek Indra sambil melihat-lihat mesin mobil Humaira. Humaira
hanya melihati Indra yang keningnya sudah dibasahi keringat, dan ia coba
mengusap keringat Indra dengan saputangannya. Indra terkejut karena sedang
serius membetulkan mesin mobil Humaira yang mogok, hanya tersenyum melihat mata
Humaira yang indah itu. Benih cinta keduanya semakin tumbuh subur. “udah kelar ni..coba
lo nyalain mesinnya”. Humaira bergegas ke dalam mobil untuk menyalakan mesin
mobilnya, dan ternyata bisa hidup. “ Ndra,makasih banyak ya udah mau repot buat
benerin mobilku yang mogok, aku gak tau gimana kalo gak ada kamu tadi”. “
alaaah..santai aja sama gue, gue siap bantu kok. Gue balik dulu ya, masih ada
kerjaan di rumah” jawab Indra sambil menyalakan mesin. “ Assalamu’alaikum” salam
Indra sambil pergi. “ Wa’alaikumussalam” jawab Humaira sambil tersenyum.
Hari
demi hari, Humaira semakin yakin bahwa Indra bisa mmembuat hidupnya lebih baik.
Saat Humaira pergi ke kampus lupa membawa tugas yang harusnya diberikan
dosennya hari itu, Indra hanya bilang “ yaudah bilang aja kalo ketinggalan, mau
balik lagi gak sempet, lagian masa sih dosennya gak mau terima, kan tiap orang
juga pernah lupa. Apalagi lo kan termasuk mahasiswa idola dosen lo, dia pasti
ngertiin”. Hari itu juga Humaira memberanikan dirinya menghadap dosen untuk
bilang kalau tugasnya lupa dibawa, dan benar saja apa yang dikatakan Indra,
dosennya tidak marah dan memberi kesempatan kepada Humaira untuk mengumpulkan
tugas keesokan harinya. Berbeda dengan Salman yang dia bilang akan mengambilkan
tugas Humaira di rumah dan mengantarkannya ke kampus Humaira.
Hari
itu pun tiba, Humaira yang sudah tak ingin lagi membohongi Salman meminta
pendapat kepada sahabatnya yang bernama Rina. “Hah?!! Apaa??!! Serius kamu ra?”
Rina sangat terkejut mendengar cerita sahabatnya itu, yang tega membohongi Salman.
Rina pun bingung dengan tindakan sahabatnya itu yang menurutnya sudah
keterlaluan dan tidak memperdulikan perasaan Salman yang sangat mencintai
Humaira. Humaira juga sebenarnya tidak tega ingin memutuskan hubungannya dengan
Salman, karena Salman sangat baik kepada Humaira. Akhirnya Humaira mempunyai
ide agar seolah-olah Salman yang memutuskan hubungan mereka. Suatu malam,
Humaira mengajak dinner dengan
Salman. Disana Humaira pun mulai berakting.
Humaira rela mengatakan kalau sebenarnya dia sudah tidak perawan lagi,
pengakuannya ini ditujukan terhadap Salman agar ia mau memutuskan hubungannya
dengan Humaira. Namun dugaannya salah, Salman tetap mau menerima Humaira dengan
tulus hati. Tapi Humaira terus menjelek-jelekkan dirinya di hadapan Salman, dan
pada akhirnya Salman berkata “Yasudah kalau ini maumu, aku akan melepasmu”. “Aku
yakin kamu juga akan mendapatkan wanita yang jauh lebih baik dari aku” sahut
Humaira. Humaira pun lega, akhirnya ia tidak perlu lagi membohongi Salman, dan
sekarang ia bebas berhubungan dengan Indra.
Indra
akhirnya menjalani hubungan dengan Humaira, dengan kesederhanaan yang diberikan
Indra, ia mampu membahagiakan Humaira. Humaira menerima apa saja kelebihan dan
kekurangn Indra, karena ia sangat mencintai Indra. Walaupun Indra juga orang
yang mapan dan cukup kaya, ia tidak malu mengajak Humaira makan di emperan
jalan seperti yang biasa ia makan sebelum kenal dengan Humaira. Humaira memang
agak sedikit canggung, karena dulu saat ia masih berhubungan dengan Salman, ia
selalu makan di rumah makan yang terbilang cukup mewah. Tetapi karena Humaira
sangat sayang dengan Indra, begitu juga sebaliknya, makan di pinggir jalan pun
rasanya juga sudah enak bagi mereka berdua. Malah terkesan lebih
romantis..hehe..
Tak
beberapa lama, mereka pun akhirnya membahas tentang pernikahan. Selang sekitar
3 bulan kemudian, mereka pun akhirnya menikah. Teman-teman Humaira sebenarnya
tidak menyangka bahwa ia akan menikah dengan Indra, bukan Salman. Padahal dulu
mereka berdua juga hampir saja menikah. Mereka pun akhirnya bahagia, kehidupan
mereka lengkap sudah dengan kehadiran 2 orang anak, laki-laki dan perempuan yang diberi nama Husein
dan Zahra.
Sejenak mari merenung dari kisah di atas. Bahwa kesempurnaan bukanlah segala-galanya. Bahkan, sejatinya kesederhanaanlah yang merupakan sebuah kesempurnaan hidup. Bukan begitu? :D
Sejenak mari merenung dari kisah di atas. Bahwa kesempurnaan bukanlah segala-galanya. Bahkan, sejatinya kesederhanaanlah yang merupakan sebuah kesempurnaan hidup. Bukan begitu? :D
0 comments:
Posting Komentar