Minggu, 30 September 2012

Jodoh untuk Humaira


Hmm..cerita ini aku tulis berdasarkan kisah nyata,  tapi memang nama dan alur cerita yang berbeda. Karena aku pikir bagus, aku coba tuangkan aja jadi cerpen. Oke, selamat membaca kawan!

Malam terasa semakin larut, rasa dingin semakin menyayat kulit. Tapi malam terasa hangat antara sepasang kekasih ini, Salman dan Humaira. Mereka bisa dibilang pasangan yang hampir mendekati perfect. Kira-kira setahun kemudian mereka meresmikan hubungan dengan ikatan suci pernikahan. Kebanyakan teman-teman kampus mereka yang belum mempunyai pasangan sungguh sangat iri melihat mereka berdua. Salman yang hidupnya sudah mapan, ia juga sudah bekerja dan mempunyai rumah sendiri, dan sekarang akan menyelesaikan S2nya di usianya yang baru saja 26 tahun. Sedangkan Humaira yang berumur 23 tahun akan diwisuda. Salman adalah lelaki yang sungguh tampan, namun tak hanya itu saja, dia rajin dan juga sholeh serta taat dalam beribadah. Tak luput dengan Humaira, gadis cantik berkerudung ini juga pintar dan  rajin. Mereka melewati malam demi malam dengan indah. Keduanya memang saling mencintai.
“Humaira, apa kamu benar bersedia untuk menjadi pendamping hidupku?” Tanya Salman dengan suara lirih bernada rendah. “ yang Humaira rasa saat ini, Humaira bersedia. Namun semua juga bergantung pada takdir yang Kuasa, Humaira percaya bahwa kehendakNya itu adalah yang terbaik, walau suatu saat nanti Humaira tidak bisa mendampingi kak Salman” jawab Humaira lembut penuh makna. Mereka terus bercerita melalui telepon seluler hingga hampir tengah malam. Tak terasa ternyata sudah hampir pukul 12 malam. Salman akhirnya mempersilahkan Humaira untuk istirahat walaupun dalam hati Humaira sebenarnya masih ingin berbagi cerita dengan Salman. Pada akhirnya telepon ditutup dengan diakhiri salam keduanya.
Hari demi hari pun dilalui keduanya. Sampai suatu ketika saat Humaira berjalan di dekat kampus ia tak sengaja menabrak seorang lelaki. “Bruuuuk..” buku bawaan Humaira jatuh berantakan. “heh, kalau jalan tuh liat-liat dong, udah tau ada gue disini tapi masih aja ditabrak” kata lelaki itu ketus. “iya iya..gue juga nggak sengaja kok nabrak lo, maaf yaa” jawab Humaira sambil memberesi buku-bukunya yang berantakan. “maaf maaf, lain kali kalo jalan diperhatiin dong!!” balas lelaki itu ketus, namun tetap membantu Humaira membereskan buku-bukunya. “yaudah, gue masuk kelas dulu” kata Humaira sambil pergi meninggalkan lelaki itu. “ heh nama gue Indra, lo siapaaa..?!!” teriak lelaki itu kepada Humaira yang semakin jauh. “aku Huumaaiiraa…” jawab Humaira sambil teriak.
Saat pulang dari kampus, di depan kampus Humaira sudah tampak senyum Salman menyapa di balik jendela mobil jazz warna putih, menjemput Humaira. Humaira langsung menghampirinya dan ikut pulang diantarkan Salman sampai rumahnya. Hubungan itu mereka jalani dengan bahagia, karena sebentar lagi mereka akan menikah. Mereka terlihat sangat cocok bila disandingkan di atas pelaminan.
Keesokan harinya, di kampus Humaira bertemu kembali dengan Indra, mereka akhirnya ngobrol-ngobrol di taman dekat kampus. Indra adalah sosok laki-laki yang sangat apa adanya, walau ia juga sudah mapan dan cukup tampan, tetapi dandanannya sangat simple. Lebih sering memakai kaos dan celana jeans saja. Tanpa disadari seiring berjalannya waktu, Humaira mulai menyukai temannya tersebut. Tak pernah terpikir sebelumnya dalam benak Humaira kalau ia berani menduakan Salman, keksihnya yang selama ini sangat baik dan perhatian dengannya. Namun siapa yang bisa menolak hadirnya cinta?. Ternyata hanya dengan kesederhanaan yang disuguhkan Indra, mampu mematahkan rasa sayang Humaira terhadap Salman. Sungguh miris memang mendengarnya, jika mengingat bahwa sebentar lagi Humaira akan menikah dengan Salman. Apalagi Humaira tega menduakan Salman yang selama ini sangat baik dan sangat mencintai Humaira. Namun rasa sayang Humaira sudah terhadap Salman sudah terlanjur memudar. Saat ini Humaira sangat mencintai Indra, dan hanya Indra yang bisa membuat hidup Humaira berwarna.
Suatu hari mobil Humaira mogok, dan tak ada satupun orang yang ada di sekitarnya, karena Humaira sedang berada di dekat hutan. Dia mencoba memberitahu Salman dan Indra. Namun sungguh Humaira terkejut melihat balasan sms yang begitu berbeda antara Salman dan Indra. Salman: “iya sayang, tunggu aku panggilkan bengkel ya, aju akan jemput kamu kesitu kalau urusanku ini sudah selesai”. Indra: “apa?!mogok??!!hahaha itu sih derita lo, masak bisa makenya gak bisa benerin, dasar aneh kamu ini..yaudah tunggu bentar aku kesitu dulu”. Humaira tersenyum membaca sms balasan dari Indra. Tak lama kemudian Indra datang dengan motor kesayangannya. “heh, mogok yaa? Hahaha salah sendiri bisa make kok gak bisa benerin. Sini coba gue lihat mesinnya” ledek Indra sambil melihat-lihat mesin mobil Humaira. Humaira hanya melihati Indra yang keningnya sudah dibasahi keringat, dan ia coba mengusap keringat Indra dengan saputangannya. Indra terkejut karena sedang serius membetulkan mesin mobil Humaira yang mogok, hanya tersenyum melihat mata Humaira yang indah itu. Benih cinta keduanya semakin tumbuh subur. “udah kelar ni..coba lo nyalain mesinnya”. Humaira bergegas ke dalam mobil untuk menyalakan mesin mobilnya, dan ternyata bisa hidup. “ Ndra,makasih banyak ya udah mau repot buat benerin mobilku yang mogok, aku gak tau gimana kalo gak ada kamu tadi”. “ alaaah..santai aja sama gue, gue siap bantu kok. Gue balik dulu ya, masih ada kerjaan di rumah” jawab Indra sambil menyalakan mesin. “ Assalamu’alaikum” salam Indra sambil pergi. “ Wa’alaikumussalam” jawab Humaira sambil tersenyum.
Hari demi hari, Humaira semakin yakin bahwa Indra bisa mmembuat hidupnya lebih baik. Saat Humaira pergi ke kampus lupa membawa tugas yang harusnya diberikan dosennya hari itu, Indra hanya bilang “ yaudah bilang aja kalo ketinggalan, mau balik lagi gak sempet, lagian masa sih dosennya gak mau terima, kan tiap orang juga pernah lupa. Apalagi lo kan termasuk mahasiswa idola dosen lo, dia pasti ngertiin”. Hari itu juga Humaira memberanikan dirinya menghadap dosen untuk bilang kalau tugasnya lupa dibawa, dan benar saja apa yang dikatakan Indra, dosennya tidak marah dan memberi kesempatan kepada Humaira untuk mengumpulkan tugas keesokan harinya. Berbeda dengan Salman yang dia bilang akan mengambilkan tugas Humaira di rumah dan mengantarkannya ke kampus Humaira.
Hari itu pun tiba, Humaira yang sudah tak ingin lagi membohongi Salman meminta pendapat kepada sahabatnya yang bernama Rina. “Hah?!! Apaa??!! Serius kamu ra?” Rina sangat terkejut mendengar cerita sahabatnya itu, yang tega membohongi Salman. Rina pun bingung dengan tindakan sahabatnya itu yang menurutnya sudah keterlaluan dan tidak memperdulikan perasaan Salman yang sangat mencintai Humaira. Humaira juga sebenarnya tidak tega ingin memutuskan hubungannya dengan Salman, karena Salman sangat baik kepada Humaira. Akhirnya Humaira mempunyai ide agar seolah-olah Salman yang memutuskan hubungan mereka. Suatu malam, Humaira mengajak dinner dengan Salman. Disana Humaira pun mulai berakting. Humaira rela mengatakan kalau sebenarnya dia sudah tidak perawan lagi, pengakuannya ini ditujukan terhadap Salman agar ia mau memutuskan hubungannya dengan Humaira. Namun dugaannya salah, Salman tetap mau menerima Humaira dengan tulus hati. Tapi Humaira terus menjelek-jelekkan dirinya di hadapan Salman, dan pada akhirnya Salman berkata “Yasudah kalau ini maumu, aku akan melepasmu”. “Aku yakin kamu juga akan mendapatkan wanita yang jauh lebih baik dari aku” sahut Humaira. Humaira pun lega, akhirnya ia tidak perlu lagi membohongi Salman, dan sekarang ia bebas berhubungan dengan Indra.
Indra akhirnya menjalani hubungan dengan Humaira, dengan kesederhanaan yang diberikan Indra, ia mampu membahagiakan Humaira. Humaira menerima apa saja kelebihan dan kekurangn Indra, karena ia sangat mencintai Indra. Walaupun Indra juga orang yang mapan dan cukup kaya, ia tidak malu mengajak Humaira makan di emperan jalan seperti yang biasa ia makan sebelum kenal dengan Humaira. Humaira memang agak sedikit canggung, karena dulu saat ia masih berhubungan dengan Salman, ia selalu makan di rumah makan yang terbilang cukup mewah. Tetapi karena Humaira sangat sayang dengan Indra, begitu juga sebaliknya, makan di pinggir jalan pun rasanya juga sudah enak bagi mereka berdua. Malah terkesan lebih romantis..hehe..
Tak beberapa lama, mereka pun akhirnya membahas tentang pernikahan. Selang sekitar 3 bulan kemudian, mereka pun akhirnya menikah. Teman-teman Humaira sebenarnya tidak menyangka bahwa ia akan menikah dengan Indra, bukan Salman. Padahal dulu mereka berdua juga hampir saja menikah. Mereka pun akhirnya bahagia, kehidupan mereka lengkap sudah dengan kehadiran 2 orang anak,  laki-laki dan perempuan yang diberi nama Husein dan Zahra.

Sejenak mari merenung dari kisah di atas. Bahwa kesempurnaan bukanlah segala-galanya. Bahkan, sejatinya kesederhanaanlah yang merupakan sebuah kesempurnaan hidup. Bukan begitu? :D

0 comments:

Posting Komentar